Kamis, 19 Agustus 2010

P3K Tersengat Listrik



Arus listrik yang mengalir melalui tubuh manusia (tersengat listrik) dapat mengakibatkan pernafasan berhenti sebab pusat saraf di otak yang mengatur pernafasan lumpuh, korban dapat pingsan serta  jantungnya dapat berhenti. Arus listrik dapat menyebabkan luka bakar pada  tempat  masuknya  kedalam  tubuh dan ditempat keluar dari tubuh untuk disalurkan ke tanah. Arus  bolak  balik dapat menyebabkan kejang otot atau otot berkontraksi (mengerut) sehingga korban tidak bisa melepaskan kabel yang terpegang olehnya. Sengatan listrik yang cukup hebat dapat merusak organ dalam.
Tersengat  arus  kuat  dari  kabel  tegangan  tinggi dapat berakibat fatal. Korban mengalami   luka  bakar  hebat,  kejang  otot  akibat  shok lalu dapat melemparkan korban  beberapa meter dari tempatnya semula dan mengakibatkan cidera  lain misalnya  patah  tulang. Listrik arus kuat dapat menyambar hingga  18  meter.
Bahan-bahan seperti kayu kering atau pakaian tidak dapat melindungi  Anda terhadap listrik arus kuat. Aliran listrik harus dimatikan dan  kabel  terbuka harus diisolasi sebelum memakan korban. Hal ini penting bila terjadi kerusakan pada kabel listrik di atas kereta api. Tersengat arus lemah atau listrik  domestik  seperti yang digunakan di rumah/kantor/toko atau bengkel dapat  mengakibatkan  cidera yang serius bahkan kematian. Banyak kecelakaan yang terjadi akibat tombol rusak, kabel terkelupas atau kerusakan alat-alat listrik. Resiko  terbesar  pada  anak-anak  kecil.  Ingat  air  merupakan penghantar listrik yang baik. Memegang alat yang mungkin masih baik dengan tangan yang basah atau berdiri diatas lantai basah dapat menimbulkan resiko terjadinya shok.



  • Pertolongan pada orang tersengat listrik


Jangan   mendekati  korban  sebelum  ada  kepastian  aliran  listrik  sudah dimatikan  dan  kalau  perlu  diisolasi.  Jaga  jarak  minimum 18 meter dan penonton dijauhkan untuk arus kuat. Minta pertolongan (berteriak) jika tidak orang lain dan segara panggil dinas gawat darurat. Matikan listrik (cabut stop kontak atau renggutkan kabel hingga terlepas). Bila kabel stop kontak atau sikring tidak mudah dijangkau berdiri dialas kering seperti matras karet, plastik atau tumpukan koran lalu gunakan sapu atau kursi atau bangku kayu untuk memisahkan badan korban dengan sumber listrik. Kaki dan tangan korban dijerat tali tapi jangan menyentuhnya kemudian ditarik menjauhi sumber listrik. Hanya sebagian usaha terakhir, korban ditarik dengan memegang bajunya yang longgar dan kering. Jangan menyentuh korban dengan tangan Anda. Setelah hubungan terputus amankan penderita dari bahaya fisik langsung, periksa denyut nadi dan pernafasan serta rawat korban seperlunya. Jika korban tampaknya baik-baik saja dia pasti masih shok. Suruh korban beristirahat amati kondisinya secara ketat dan bila meragukan segera panggil dokter. Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih, rawatlah luka bakar atau luka lainnya bila ada. Pindahkan korban ke lokasi yang aman untuk perawatan selanjutnya korban perlu ditunggui selama tim dokter menangani korban


  • Pertolongan Pertama Pernafasan yang Terhenti akibat sengatan Listrik


Amankan korban dari bahaya. Usahakan jalan udara untuk pernafasan lancar. Bila ada muntah/darah atau benda lain di mulut korban, keluarkan segera. Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke belakang, tarik rahangnya ke depan agar lidah tidak menutup lubang tenggorokan.
Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3-4 kali, secepat mungkin. Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan urutan jantung (cardiac resuscitation) Untuk orang dewasa: Frekuensi pengurutan di lakukan 60 kali setiap menit. Untuk anak kecil : 90 kali setiap menit. Hindari tekanan yang terlalu keras agar tidak mengakibatkan tulang rusuk korban rusak. Upayakan pemulihan denyut nadi maupun pernafasan.
Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian tutup mulut dan tiupkan udara ke mulut korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-paru terangkat. Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan tidak keluar. Amati turunnya dada kembali. Faktor penentu adalah kecepatan dalam bertindak Peniupan selanjutnya diulang lebih kuarng 10 kali setiap menit.
Bila paru-paru tidak mengembang, segera periksa mulut, hidung atau kerongkongan. 
Untuk anak kecil : seyogianya mulut si penolong mencakup hidung dan mulut korban, dengan frekuensi 20 kali setiap menit. Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat meniup melalui mulut, maka dapat dilakukan peniupan melalui hidung.

~diambil dari makalah tugas kuliah dengan sumber-sumber sbb
http://www.pln-wiluskaltim.co.id/pelayanan/pengamanan.html
http://www.pln-jatim.co.id/v6/pelayanan/tips_form.asp?f=pertolongan
http://www.detikhealth.com/tips/pertolongan/2003/04/12/20030412-163303.shtml
http://www.mail-archive.com/balita-anda@indoglobal.com/msg13412.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih loh,artikelnya sangat bermanfaat^^
www.rajalistrik.com

Posting Komentar